Salah satu pesawat rusia favorit penulis adalah MiG-25 "Foxbat" selain mempunyai kemampuan interseptor dan kecepatan yang mumpuni
tentu juga cerita mengenai pembelotan Letnan Viktor Balenko yang membuat pesawat ini mampu mencuri perhatian berlebih pihak barat. Pesawat yang dirancang oleh biro Mikoyan-Gurevich Uni Soviet ini terbang pertama kali
sebagai purwarupa pada tahun 1964, dan mulai beroperasi pada 1970.
Pada masa perang dingin, keberadaan MiG-25 Foxbat menjadi sumber
kehebohan di pihak barat. Karena informasi tentang kemampuannya itulah, Amerika Serikat merancang pesawat tempur yang berguna sebagai keunggulan di udara (air superiority) yakni F-15 Eagle. Meskipun memiliki kemampuan menembak sama telaknya dengan F-14 Tomcat tetapi MIG-25 tidak bisa disejajarkan dengan Tomcat karena jarak radarnya pendek. Pesawat ini merupakan salah satu pesawat tempur tercepat di dunia yang pernah diproduksi.
RANCANG BANGUN
Pengembangan MiG-25 dimulai pada tahun 1950-an, bersamaan dengan
usaha Amerika untuk mengembangkan pesawat interseptor dan bomber
berkecepatan Mach 3 termasuk pesawat eksperimental XB-70 Valkyrie,
XF-103 Thunderwarrior, Lockheed YF-12, dan XF-108 Rapier.
Purwarupa pertama merupakan varian pesawat intai, disebut
"Ye-155-R1", dan melakukan penerbangan pertamanya pada tanggal 6 Maret
1964. Penerbangan pertama dari purwarupa interseptor, "Ye-155-P1",
berlangsung pada tanggal 9 September 1964. Sementara
itu beberapa purwarupa, yang diberi kode rahasia "Ye-266" atau
"Е-266", membuat sejumlah catatan penerbangan pada tahun 1965, 1966,
dan 1967.
Seri produksi dari dua varian awal, diberi nama MiG-25P interseptor dan MiG-25R pesawat intai, dimulai pada
1969. MiG-25R mulai dioperasikan Angkatan Udara Soviet (VVS) segera
setelah dimulai produksi.
Untuk mengatasi tekanan panas yang timbul dalam penerbangan di atas kecepatan
Mach 2, MiG-25 tidak dibuat dengan bahan tradisional aluminium
alloys.. Mikoyan-Gurevich OKB membuat MiG-25
sebagian besar dari baja nikel alloy ("Inconel"), tetapi menggunakan
sejumlah kecil titanium dan aluminium alloys khususnya di daerah-daerah
rawan kerusakan akibat “drag” aerodinamis. Komponen baja dari MiG-25
yang dibentuk oleh kombinasi patri-titik, patri mesin otomatis dan
metode patri busur tangan. Awalnya ada kekhawatiran bahwa sentakan pada
saat pendaratan dapat menyebabkan logam patri retak, tetapi ternyata hal
ini terbukti tidak terjadi dan keretakan yang terjadi selama program
pengembangan dapat dengan mudah diperbaiki kembali.
MiG-25 mampu menunjukkan kinerja memuaskan, termasuk
kecepatan maksimum Mach 3,2 dan ketinggian maksimum 90.000 kaki (27.000
m), meskipun pada Aug 31, 1977, sebuah pesawat E-266M, yang secara
khusus dimodifikasi dari Foxbat, diterbangkan Pilot Uji MiG OKB
Alexander Fedotov, membuat rekor ketinggian untuk pesawat yang terbang
dengan tenaga sendiri, mencapai ketinggian 123.523,62 kaki (37.650 m) di
Podmoskovnoye, USSR. Rekor ini adalah satu-satunya rekor yang diakui
tidak pernah dicapai oleh pilot Amerika Serikat sebelumnya.
Walaupun dibuat sebagai pesawat interseptor dengan jangkauan terbang yang sangat tinggi dan berkecepatan-tinggi, tetapi pesawat MiG-25 sangat terbatas tingkat manuverabilitas, jarak terbang, dan kemampuan pertempuran jarak-dekatnya. Bahkan kecepatan tingginya juga bermasalah: walaupun telah tersedia tenaga dorong yang cukup untuk mencapai Mach 3,2; terdapat batasan kecepatan Mach 2,8 untuk menghindari turbin yang cenderung overheat pada kecepatan terlalu tinggi, hingga dapat mengakibatkan kerusakan yang fatal.
Walaupun dibuat sebagai pesawat interseptor dengan jangkauan terbang yang sangat tinggi dan berkecepatan-tinggi, tetapi pesawat MiG-25 sangat terbatas tingkat manuverabilitas, jarak terbang, dan kemampuan pertempuran jarak-dekatnya. Bahkan kecepatan tingginya juga bermasalah: walaupun telah tersedia tenaga dorong yang cukup untuk mencapai Mach 3,2; terdapat batasan kecepatan Mach 2,8 untuk menghindari turbin yang cenderung overheat pada kecepatan terlalu tinggi, hingga dapat mengakibatkan kerusakan yang fatal.
Walaupun terdapat keterbatasan semacam ini, ketidakakuratan analisa
intelijen dan beberapa asumsi yang salah menyebabkan kepanikan di dunia
Barat, dimana pada awalnya dipercaya bahwa MiG-25 merupakan pesawat
tempur yang gesit, daripada pesawat interseptor “stand-off”. Sebagai
tanggapan dari kepanikan dunia Barat, Amerika Serikat meluncurkan
program baru yang ambisius, yang menghasilkan McDonnell-Douglas F-15
Eagle.
Pemahaman dunia Barat yang sebenarnya tentang kekuatan dan dan
kegagalan dari MiG-25 datang pada tanggal 6 September 1976, ketika
seorang pilot PVO (Komando pertahanan udara Russia), Lt. Viktor Belenko, berkhianat ke Barat, dan
mendaratkan MiG-25P-nya ke bandara Hakodate di Jepang. Pesawat ini
dengan hati-hati dibongkar dan dianalisa oleh Divisi Teknologi Asing
(sekarang disebut Intelijen Udara dan Ruang Angkasa Nasional) dari
Angkatan Udara Amerika Serikat, di Pangkalan Udara Wright-Patterson.
Setelah 67 hari, pesawat itu dikembalikan ke Soviets dalam bentuk
potongan.
- Pesawat terbang milik Belenko ini sangat mewakili teknologi terbaru Soviet.
- Pesawat ini dirakit dengan cepat, dan pada dasarnya dibuat dengan mesin turbojet Tumansky R-15(B) yang besar.
- Welding yang dilakukan dengan tangan dan konstruksinya relatif kasar dan sederhana. Seperti pada kebanyakan pesawat Soviet lain, “Rivet Head” (Kepala Keling) dibiarkan terbuka di daerah-daerah yang tidak akan dipengaruhi drag aerodynamis.
- Pesawat dibuat dari baja-nikel alloy dan tidak menggunakan titanium seperti yang diasumsikan sebelumnya (meskipun titanium digunakan di beberapa daerah panas-kritis). Konstruksi baja yang dipakai memberi tambahan berat 64.000 lb (29.000 kg) pada pesawat (tanpa persenjataan).
- Mayoritas teknologi avionik yang dipakai berbasis pada teknologi tabung-hampa, peralatan elektronik non-padat. Walaupun terlihat kuno, ternyata tabung-hampa lebih toleran terhadap temperatur ekstrem, sehingga tidak perlu membuat lingkungan kontrol kompleks dalam ruang peralatan avionik. Selain itu, tabung-hampa dapat dengan mudah digantikan dengan transistor yang lebih canggih yang saat itu belum tersedia. Seperti pada kebanyakan pesawat Soviet lain, MiG-25 dirancang sekokoh mungkin. Selain itu, penggunaan tabung-hampa membuat pesawat ini labih tahan terhadap pulsa elektromagnetis, misalnya setelah ledakan nuklir.
- Dengan penggunaan tabung-hampa, the MiG-25P Smerch-A orisinil (Tornado, NATO memberi nama 'Foxfire') radarnya memiliki kekuatan besar-sekitar 600 kilowatts.
- Indikator kecepatannya yang telah diberi garis merah pada Mach 2,8; dengan kecepatan yang dianjurkan Mach 2,5 untuk memperpanjang umur mesin. Sebuah MiG-25 milik Mesir telah terlacak berada di atas Israel dengan kecepatan Mach 3,2 pada tahun 1973, namun penerbangan itu mengakibatkan kerusakan pada mesinnya.
- Tingkat akselerasi maksimum (g-load) adalah 2,2 g (21,6 m/s²) dengan tangki bahan bakar, dengan batas mutlak 4,5 g (44,1 m/s ²). Sebuah MiG-25 pernah mencapai 11,5 g (112,8 m/s ²) selama pelatihan dogfight ketinggian-rendah, namun mengakibatkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki karena deformasi airframe.
- Radius tempur pesawat ini 186 mil (300 km), dan jarak tempuh maksimum dengan bahan bakar internal (pada kecepatan subsonik) hanya 744 mil (1200 km). Bahkan faktanya, Belenko hampir kehabisan bahan bakar ketika mendarat di Jepang, bahan bakar tidak cukup mendarat secara hati-hati, dia juga hampir menabrak pesawat komersial yang sedang lepas landas, dan pendaratannya melebihi panjang landasan pacu.
Sebagai hasil dari pengkhianatan Belenko, Soviet melakukan
pengembangan yang dimulai pada 1978, hasilnya MiG-25PD ('Foxbat-E'),
dengan radar RP-25-Saphir baru, sistem pencari dan pemandu inframerah
(IRST), dan mesin yang lebih kuat. Sekitar 370 MiG-25Ps diupgrade
menjadi standar MiG-25PDS.
Sekitar 1.186 MiG-25 dibuat sebelum produksi berakhir pada 1984, dan
telah diekspor ke Aljazair, Bulgaria (3 MiG-25R dan 1 MiG-25RU sampai
1992), India (sampai 2006), Irak, Libya, dan Syria. Beberapa pesawat ini
masih beroperasi hingga sekarang.
Masa Operasional
Sebelum memasuki masa operasional, empat MiG-25R beroperasi sementara
untuk AU Mesir pada tahun 1971 secara rahasia diberi kode "X-500".
Keempatnya mempunyai tanda EAF. Mereka pernah terbang secara berpasangan
di atas Israel kira-kira sebanyak 20 kali. Pada 1973, sebuah MiG-25
milik Mesir mencapai kecepatan Mach 3,2 ketika dikejar oleh F-4E Israel.
Angkatan Udara Israel tidak mungkin mengejar mereka, walaupun intelijen
Israel sudah tahu jadwal penerbangan di atas wilayah udaranya,akan tetapi Angkatan Udara Israel tidak
memiliki kemampuan untuk melawan MiG - 25 sampai adanya F-15 Eagle.Diketahui sebelum perang Enam hari setidaknya satu pilot Soviet dengan MiG-25 melakukan pengintaian dari Mesir ke Israel
MiG-25 beroperasi dengan AU Irak selama Perang Iran-Irak, tapi catatan pertempurannya tidak jelas.
Selama Perang Teluk Persia, F/A-18 milik AL AS yang dipiloti oleh
Let. Cdr. Scott Speicher tertembak oleh misil udara-ke-udara roket yang
ditembakkan oleh MiG-25 pada malam pertama perang. Menurut catatan misil
tersebut adalah R-40DT yang ditembakkan dari MiG- 25PDS yang
diterbangkan oleh Lt. Zuhair Dawood dari skuadron 84 AU Irak.
Selanjutnya, dalam kejadian lain, sebuah MiG-25PD Irak, setelah
menghindari delapan F-15 AU AS, menembakkan tiga misil ke pesawat
“electronic warfare” EF-111 Raven, memaksa F-15 AU AS untuk batalkan
misi mereka. Hal ini yang kemudian menyebabkan tertembaknya sebuah F-15
oleh misil ke permukaan-ke-udara, karena tidak adanya pelacak
elektronik.
Dalam insiden lain, dua MiG-25 mendekati sepasang F-15, menembakkan
misil yang dapat dihindari oleh F-15, dan kemudian melarikan diri. Dua F-15
bergabung dalam pengejaran, dan total sepuluh misil udara-ke-udara
ditembakkan ke MiG-25, walaupun sama sekali tidak mencapai sasaran.
Menurut sumber yang sama, setidaknya satu F-111 juga dipaksa untuk
membatalkan misinya oleh MiG-25 pada 24 jam pertama saat peperangan,
saat serangan udara di atas Tikrit.
Dua MiG-25 tertembak oleh F-15C milik AU AS selama Perang Teluk.
Setelah perang, pada tahun 1992, F-16 AS ditembak jatuh MiG-25 Irak
karena melanggar zona larangan terbang di Irak selatan.
Pada Mei 1997 MiG-25RB milik AU India terdeteksi terbang dengan
kecepatan lebih dari Mach 3 pada ketinggian setidaknya 65.000 kaki, di
atas wilayah Pakistan. Dilaporkan ini merupakan hal disengaja oleh
Angkatan Udara India untuk menunjukkan kemampuan dari MiG-25 tidak dapat
diatasi oleh Angkatan Udara Pakistan.
Pada tanggal 23 Desember 2002, sebuah MiG-25 milik Irak menembak
jatuh UAV MQ-1 Predator milik AU AS, yang melakukan pengintaian
bersenjata di Irak. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah sebuah
pesawat tak berawak terlibat dalam pertempuran. Predator telah
dipersenjatai dengan misil udara-ke-udara AIM-92-Stinger, dan digunakan
untuk "menyerang" pesawat tempur Irak. Dalam kejadian ini, Predator
menembakkan salah satu Stinger-nya, tetapi meleset, sedangkan misil yang
ditembakkan MiG mengenai sasaran.
Tidak ada pesawat Irak yang digunakan dalam invasi 2003, sebagian besar
disembunyikan atau dihancur di daratan. Pada bulan Agustus 2003,
beberapa lusin pesawat Irak telah ditemukan terkubur di pasir, terdiri
dari dua MiG-25 di Pangkalan Udara Al Taqaddum, sekitar 250km di sebelah barat
Baghdad, pada bulan pertama Operasi Kebebasan Irak. Pesawat terbang
dikuburkan untuk mencegah kerusakan akibat serangan pasukan AS. Ketika
ditemukan MiG-25RB itu tidak lengkap dengan sayap yang telah hilang.
Pesawat ini merupakan salah satu dari dua MiG-25 yang diangkut oleh C-5A
Galaxy dari Irak ke Pangkalan Angkatan Udara Wright-Patterson untuk
penyelidikan. Pada tahun 2006 Pesawat ini disumbangkan ke Museum Nasional Agkatan udara Amerika Serikat di Dayton,Ohio
Pict source ; airlines,net . HI-TECH Automotive
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
- Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai isi konten -