Mil Mi-6 kode NATO: Hook adalah helikopter buatan Rusia yang diproduksi oleh biro Mil yang dipimpin oleh Mikhail Mil.
Keluar pertama kali pada September 1957 dan merupakan helikopter yang
terbesar di dunia, dan memecahkan berbagai rekor dunia. Rekor terbesar
disandang sampai muncul penggantinya pada awal 1980-an, Mil Mi-26 Halo dengan pengecualian Mil Mi-12 Homer yang dianggap gagal dan tidak diproduksi massal.
Helikopter Mil Mi-6 adalah helikopter yang dirancang berdasarkan
persyaratan teknis bersama antara biro militer dan sipil. Mereka
menginginkan heli raksasa yang tidak hanya dapat menciptakan dimensi baru
dalam mobilitas perang dengan kemampuan memindahkan kendaraan lapis
baja ringan, namun juga dapat digunakan untuk kegiatan eksplorasi di
wilayah-wilayah terpencil Uni Soviet.
Syarat lain, helikopter itu harus dapat mengangkut kargo dalam jumlah
besar, sanggup dalam berbagai macam kondisi serta memiliki jarak terbang
yang jauh.
Setelah dihitung, syarat tersebut dapat dicapai apabila heli tersebut
menggunakan mesin turbin bertenaga besar, satu hal yang belum pernah
dibuat pada helikopter Soviet sebelumnya. Mesinnya sendiri cukup
menakjubkan, sebagai gambaran berat rotor (baling-baling) utama dan gearbox Soloviev R-7 mencapai 3200 kilogram yang berarti lebih berat dari berat kedua mesin turboshaft Soloviev D-25V.
Sejak produksi yang ke-30 pada 1960, Mi-6 dipasangi variable-incidence wing. Sayap yang terletak dekat rotor utama itu, selain sebagai stabilisator juga berguna untuk menambah daya angkat pesawat.
Saat terbang kecepatan jelajah, sayap itu menanggung 20 persen beban helikopter. Dengan begitu, Mi-6 dapat melakukan rolling take-off (lepas landas dengan meluncur seperti halnya pesawat biasa) dengan berat yang lebih besar dibandingkan dengan vertical take-off (lepas landas secara vertikal yang dilakukan helikopter pada umumnya).
Teknis, daya angkut dan versi yang dibuat
Helikopter ini memiliki daya angkut internal normal 12 ton, atau 9
ton eksternal. Dengan daya angkutnya yang besar sangat disukai oleh
pihak militer. Pada Pameran kedirgantaraan
Tushino 1961, enam Mi-6 mendarat dalam dua kelompok : satu kelompok
membawa sepasang rudal artileri lengkap dengan transporter, sementara
kelompok lain membawa personel dan perlengkapan. Seperti seri
pendahulunya yakni Mil Mi-4, maka Mil-6 juga memiliki pintu kerang (clamshell door) di belakang kabin guna memudahkan keluar-masuknya kendaraan lapis baja ringan.
Untuk versi sipil, Biro Mil mengeluarkan versi Mil Mi-6P. Cirinya ada
jendela lebih besar namun tidak memiliki pintu kerang. Versi lainnya
adalah versi flying-crane helicopter dan heli pemadam kebakaran.
Helikopter Mi-6 dikembangkan hingga keluar Mil Mi-10 Harke yang lebih
besar. Tapi keduanya tidak digunakan secara luas dijajaran angkatan
bersenjata Uni Soviet. Tidak seperti versi berikutnya Mil Mi-8 yang
memiliki populasi lebih dari 10.000 dan terus diproduksi dan
dikembangkan hingga kini yang dilanjutkan dengan Mi-17 yang merupakan
pengembangan Mi-8, Mi-6 hanya diproduksi 1000 unit saja hingga
pertengahan 1980-an dan digantikan oleh Mi-26
yang lebih besar dan lebih kuat.
Produksinya yang rendah, kemungkinan karena helikopter bertubuh besar itu dianggap rentan dalam peperangan. Namun Mil Mi-6 memiliki banyak pengalaman perang, diantaranya pernah mengangkut senjata-senjata berat ke sejumlah negara-negara Afrika dukungan Uni Soviet pada dekade 1970-an dan Perang Soviet di Afghanistan pada dekade 1980-an. Pada Oktober 2002. Komite Penerbangan Antarnegara, otoritas regulator penerbangan di Rusia dan anggota CIS, mencabut sertifikat tipe Mi-6 setelah kecelakaan di Semenanjung Taimyr, Rusia. Terdapat juga laporan teknis bahwa rotor kayu Mi-6 telah mencapai akhir service-life (masa dinas optimum) -nya.
Produksinya yang rendah, kemungkinan karena helikopter bertubuh besar itu dianggap rentan dalam peperangan. Namun Mil Mi-6 memiliki banyak pengalaman perang, diantaranya pernah mengangkut senjata-senjata berat ke sejumlah negara-negara Afrika dukungan Uni Soviet pada dekade 1970-an dan Perang Soviet di Afghanistan pada dekade 1980-an. Pada Oktober 2002. Komite Penerbangan Antarnegara, otoritas regulator penerbangan di Rusia dan anggota CIS, mencabut sertifikat tipe Mi-6 setelah kecelakaan di Semenanjung Taimyr, Rusia. Terdapat juga laporan teknis bahwa rotor kayu Mi-6 telah mencapai akhir service-life (masa dinas optimum) -nya.
MI - 6 PERNAH DI OPERASIKAN TNI AU
Mi - 6 AURI |
Pada awal 1960-an Indonesia membeli berbagai perlengkapan militer dari Uni Soviet. Namun beberapa diantaranya tiba setelah Trikora selesai. Termasuk diantaranya adalah helikopter Mil Mi-6 Hook pesanan Indonesia yang dibeli sembilan unit yang dioperasikan oleh TNI-AU . Beberapa publikasi asing menyebutnya enam unit helikopter.
Helikopter Mi-6 Hook sendiri bukanlah pilihan utama TNI-AU yang
sangat menginginkan Sikorsy S-61 Sea King terutama versi S-64 Tarhe yang
termasuk flying-crane helicopter. Namun karena alasan ekonomi
dan terutama politik, tentu tidak bisa didapatkan sehingga apa yang bisa
diambil dari Uni Soviet, itulah yang digunakan.
Awal 1965, 22 personel TNI-AU dikirim ke Uni Soviet yang terdiri atas
enam pilot, satu navigator dan sisanya teknisi. Disana mereka dilatih di
Akademi AU Soviet di Frunze, ibukota Kirghyzstan.
Pendidikan diselesaikan dalam enam bulan dan pada Juni 1964 mereka
kembali ke Indonesia, sedangkan helikopternya dikapalkan dari Sevastopol di Laut Hitam dan dibongkar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta
pada tahun yang sama. Komponen Helikopter dirakit di Pangkalan Udara
Halim Perdanakusuma oleh teknisi-teknisi Uni Soviet. Helikopter pertama
Indonesia diterbangkan pada 1 Oktober 1964. Selanjutnya dimasukan ke
jajaran Skadron 8 Wing 4 Lanud Atang Senjaya, Bogor.
Menurut kesaksian para pilot yang pernah mengoperasikan helikopter
Mil Mi-6 Hook ini, banyak kelemahan teknis yang tidak sesuai dengan yang
ditawarkan Uni Soviet seperti kecepatan jelajah yang hanya menjapai
170-175 km/jam, tidak sampai 200 km/jam. Jarak terbangnya yang pendek
karena bahan bakarnya hanya cukup untuk 2 jam terbang sehingga kalau
pergi ke suatu tempat harus dapat mendarat karena tidak mungkin kembali.
Terbang jelajah yang pernah diperoleh maksimum adalah 2 jam 54 menit
yakni dari Lanud Husein Sastranegara, Bandung hingga Tanjung Perak di Surabaya, itupun dengan muatan yang tidak terlalu penuh.
Kemudian dari daya angkut, ternyata tidak sesuai dengan yang
ditawarkan. Dengan berat kosong heli 27,5 ton dan berat maksimum take
off 42 ton, selisih diantaranya sebagian dipakai untuk berat awak
pesawat dan bahan bakar yang mencapai sepulu ribu liter. Sebagai
akibatnya, perbandingan berat operasional dengan berat maksimum untuk
lepas landas sangat kecil, daya angkut efektifnya hanya 4,2 hingga 4,5
ton saja.Kelemahan lain adalah bila mendaratnya tidak tepat berakibat
bantalan udara (ground cushion) sukar diperoleh, namun jika terlalu tinggi, putaran rotor ekor tidak dapat mengimbangi putaran rotor utama.
Namun helikopter ini memiliki kelebihan yakni bisa digunakan untuk
segala medan. Ketika TNI-AU akan menggunakan helikopter mengangkut
barang-barang dengan rute Medan-Cot Girek di Aceh, terlebih dahulu diuji dengan menerbangi rute Bandung-Pengalengan dengan mengangkut barang. Ketika cuaca buruk menghadang, helikopter mendarat darurat yang ternyata bukan kebun kentang yang diperkirakan pilot, tetapi di dasar jurang dengan permukaan tidak rata.
Disinilah konstruksi helikopter Mi-6 teruji sekalipun tanah di kaki
roda kiri dan kanan tidak rata, karena sistem keseimbangannya bagus
sekali. Helikopter tersebut akhirnya berhasil diterbangkan keluar lembah
setelah muatannya dikurangi.
Helikopter ini tidak lama berdinas aktif dalam armada TNI-AU,
sekitar 1965-1968. Sebagaimana banyak peralatan militer buatan Uni
Soviet yang lain, setelah peristiwa G30S/PKI banyak yang tidak dioperasikan lagi dengan alasan kekurangan suku
cadang.
Lebih disayangkan lagi karena tidak ada satupun helikopter Mi-6 Hook
yang dijadikan museum atau monumen. Semua dibesituakan, padahal menurut
pilot yang pernah menerbangkannya, kondisinya sebenarnya masih bagus,
diantaranya pada badan utama (body/airframe) pesawat yang logamnya
mengandung timah hitam sehingga tahan karat sehingga bila diusahakan, helikopter ini sebenarnya masih dapat dioperasikan.
picture source airlines.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
- Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai isi konten -